SELAMAT DATANG DI BLOG ASIYAH

Minggu, 04 Desember 2022

Apa Arti Kalimat Tauhid لا إله إلا الله؟



Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah –subhanahu wa ta’ala- Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyalahkan arti “tidak ada tuhan selain Allah” karena jika begitu, maka membenarkan tuhan-tuhan selain Allah sebagai Allah.



Orang-orang kafir pada zaman dahulu, mereka mengimani bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur alam semesta, yang memiliki nama dan sifat yang mulia, dalilnya:



وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Pastilah mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.” 
(Az-Zukhruf: 9)



Sayangnya keyakinan mereka terhadap tauhid rububiyah dan asma wa sifat ini tidak menjadikan mereka seorang muslim, dalilnya:



قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَلَا يُحَرِّمُوْنَ مَا حَرَّمَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَلَا يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حَتّٰى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَّدٍ وَّهُمْ صَاغِرُوْنَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan Kitab, hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (At-Taubah: 29)



وَقَاتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهٗ لِلّٰهِۚ فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Anfal: 39)



Begitupun ketika dalam keadaan tertekan, mereka biasa memurnikan doa, permintaan tolong hanya kepada Allah semata, dalilnya:


فَإِذَا رَكِبُواْ فِي ٱلۡفُلۡكِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ إِذَا هُمۡ يُشۡرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai darat, malah mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (Al-Ankabut: 65)



Mereka menyamakan Allah seperti Raja di dunia, mengira jika berdoa langsung maka akan dikabulkan lama, jadi harus melalui menteri-menteri atau wali dan orang sholeh agar cepat dikabulkan. Maha Tinggi Allah atas apa yang mereka kira, karena itu ketika para utusan datang untuk menyeru kepada tauhid uluhiyah.



وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)



Mereka heran, ajaran para rasul sungguh berbeda dengan ajaran nenek moyang mereka, sehingga membuat mereka enggan mengucapkan kalimat tauhid demi menjaga ajaran nenek moyang.



قَالُوٓاْ أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ ٱللَّهَ وَحْدَهُۥ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا ۖ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Mereka berkata, ”Apakah kedatanganmu kepada kami agar kami hanya menyembah Allahsaja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!” (Al-A’raf: 70)



Lalu, pada kenyataannya banyak tuhan-tuhan atau sesembahan-sesembahan selain Allah, tapi semua itu hanya nama dan tidak berhak diberi hak tauhid uluhiyah atau diibadahi, dalilnya:



يا صاحبي السجن أأرباب متفرقون خير أم الله الواحد القهار ⃝ ما تعبدون من دونه إلا أسماء سميتموها أنتم وأبآءكم

Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh Kamu sendiri maupun nenek moyangmu. (Yusuf: 39-40)



ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الْحَقُّ وَاَنَّ مَا يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ هُوَ الْبَاطِلُ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ

Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah, Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar. 
(Al-Hajj: 62)



شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ali-Imran: 18)



Q: “Jangan diartikan begitu, nanti orang-orang akan mengira bahwa Tuhan-tuhan yang lain ikut serta dalam penciptaan tapi hanya Allah yang berhak disembah.”

A: Tidak, orang kafir dahulu juga paham kalau patung wali-wali mereka tidak menciptakan, hanya benda mati yang lemah, dalilnya ketika Nabi Ibrahim menghancurkan berhala kaumnya:



قَالُوْٓا ءَاَنْتَ فَعَلْتَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَا يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۗ ⃝ قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ ⃝ فَرَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَنْفُسِهِمْ فَقَالُوْٓا اِنَّكُمْ اَنْتُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۙ ⃝ ثُمَّ نُكِسُوْا عَلٰى رُءُوْسِهِمْۚ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هٰٓؤُلَاۤءِ يَنْطِقُوْنَ ⃝ قَالَ اَفَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يَضُرُّكُمْ ۗ ⃝ اُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗاَفَلَا تَعْقِلُوْن

Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi diri sendiri.” Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak pula mendatangkan mudharat kepada kamu? Celakah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” (Al-Anbiya: 62-67)



قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ⃝ فَذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّۚ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ اِلَّا الضَّلٰلُ ۖفَاَنّٰى تُصْرَفُوْن

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” Maka itulah Allah, Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka mengapa kamu berpaling (dari kebenaran)? (Yunus: 31-32



قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّى لَأَظُنُّكَ يَٰفِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

Dia Musa menjawab, “Sungguh, engkau telah mengetahui , bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti yang nyata, dan sungguh, aku benar-benar menduga engkau akan binasa, wahai Fir’aun.” (Al- Isra: 102)


Sekarang, doa itu ibadah atau tidak?
Kalau iya, bolehkah berdoa kepada selain Allah? Tentu saja tidak boleh, dalilnya:



وَمَنْ يَّدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهٗ بِهٖۙ فَاِنَّمَا حِسَابُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ

Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung. (Al-Mu’minun: 117)



Perbuatan ibadah yang tidak ada syariatnya dari Allah dan Rasul-Nya, pada asalnya sangat terlarang untuk diamalkan, karena hukum asal ibadah adalah haram, kecuali ada dalil shahih yang memerintahkannya.


Dan syarat diterimanya suatu ibadah ada dua:

1. Memurnikan niat ibadah hanya untuk Allah –subhanahu wa ta’ala-

2. Sesuai syariat yang dicontohkan Nabi –shallallahu alaihi wa salam-


Jika seorang muslim melakukan ibadah yang belum pernah dicontohkan oleh Nabi –shallallahu alaihi wa salam- maka amalannya tertolak, sesuai sabda Nabi:


"من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو ردّ"

Barang siapa yang mengamalkan suatu ibadah yang tidak ada pedomannya dari kami, maka amalannya tertolak.



Sekian, semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya untuk kita dan seluruh kaum muslim dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu agama yang benar. Pernah kudengar sebuah perkataan, “bukanlah perkaranya pada lamanya kita berislam, tapi berapa banyak ilmu yang sudah kita ketahui dan amalkan sepanjang usia kita berislam.”



Copy right penulis: Asiyah Annaajiyah